bukti kemampuan kopasus
|
DEN 81 gultor |
Ketangguhan detasemen khusus TNI, ketangguhannya sudah teruji ketika Kopassandha
(Kopassus)
mampu membebaskan pembajakan pesawat Garuda Indonesia DC-9 yang
dilakukan oleh lima teroris yang dipimpin Imran Bin Muhammad Zein, pada
28 Maret 1981, di Bangkok, Thailand. Operasi Grup-1 Para-Komando di
bawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan itu mampu
membebaskan pesawat itu setelah disandera selama empat lewat serbuan
kilat.
dan sampai sekarang masih menjadi misteri taktik yang digunakan prajurit kopasus tsb utuk masuk dalam pesawat pada saat diudara
Dari kesuksesan dalam pembebasan Operasi Woyla itu menempatkan Kopassus setara
dengan
pasukan elit lainnya seperti Delta Force (Amerika Serikat), SAS
(Inggris), dan Spetsnaz (Rusia). Tentu tugas detasemen-detasemen khusus
Indonesia tidak selesai atau tidak melakukan apa-apa ketika tidak ada
peristiwa pembajakan atau peristiwa sejenis. Saat ini dan ke depan pasti
ada kejadian serupa yang membuat keahlian detasemen khusus harus terus
teruji dan mampu menanggulangi. Kesuksesan Kopassus tidak berhenti di
situ, dalam operasi pembebasan sandera Mapenduma, tahun 1996, pasukan
khusus yang saat itu dipimpin Prabowo Subianto juga mampu membebaskan
tim Ekspedisi Lorentz dari OPM.
Dalam penyanderaan kapal Sinar
Kudus, sebenarnya menjadi peluang untuk membuktikan
ketangguhan-ketangguhan detasemen khusus di Indonesia yang selama ini
giat melakukan latihan. Namun sayangnya, disebut ketika operasi digelar,
Kapal Sinar Kudus sudah tidak berada di tengah laut namun sudah ditarik
ke sarang perompak, sehingga ada kekhawatiran timbul korban ketika
operasi militer tetap digelar. Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono
mengatakan perompak telah melabuhkan kapal MV Sinar Kudus ke pantai yang
dikuasai gerombolan perompak. Sehingga posisi yang demikian menurut
Agus Suhartono lebih sulit daripada di tengah laut.
Namun mantan
KSAL Laksamana (Purn) Bernard Ken Sondakh mengatakan penangkapan
perompak di lautan sangat sulit dilakukan. Untuk itu yang diperlukan
mengamati gerak-gerik perompak tersebut sampai mengetahui di mana
sarangnya. Jadi tidak kejar di laut, tapi sergap di darat
semata atas keterlambatan
operasi militer. Keterlambatan ini bisa jadi karena pemerintah bisa
dikatakan lamban, sehingga operasi menjadi terlambat, dan lebih memilih
menempuh opsi membayar tebusan dengan alasan untuk menghindari jatuhnya
korban jiwa. Menebus dengan uang dirasa lebih aman daripada melakukan
operasi militer yang penuh dengan resiko.
Dan cara itu berhasil,
buktinya disebut perompak sudah membebaskan awak Kapal Sinar Kudus. Cara
seperti itu syah-syah saja, bisa dikatakan itu merupakan bagian dari
diplomasi, namun cara seperti itu semakin menyuburkan perompakan di
wilayah perairan Teluk Aden, Laut India, dan Perairan Somalia. Langkah
seperti ini pernah dilakukan oleh pemilik kapal berbendera Jerman, Arab
Saudi, Singapura, dan Yunani. Mereka membayar tebusan karena negara
kaya, lha kita bagaimana? Dengan cara seperti itu, maka target dan
tujuan dari perompak Somalia tercapai, yakni memperoleh uang dari hasil
kegiatannya itu.
Sebenarnya kita yakin Detasemen 81 Kopasus TNI AD, Detasemen Jala Mangkara Korps
Marinir TNI AL, dan Detasemen Bravo TNI AU, mampu melakukan hal itu. Para komando
mereka
pun menyatakan siap jika menggelar operasi militer. Bukankah
detasemen-detasemen itu sering melakukan pelatihan pembebasan pembajakan
di berbagai tempat seperti kapal terbang, kereta api, kapal laut, dan
fasilitas umum.
Bila kita tidak memberi kesempatan detasemen-detasemen khusus yang ada untuk
menggelar operasi militer, disebabkan karena kelambanan dalam bersikap, akan membuat
anggaran TNI menjadi membengkak. Mengapa membengkak? Karena detasemen-detasemen
Di sinilah maka
pemerintah harus memberi kesempatan kepada detasemen khusus untuk
berperan, dengan segera bertindak ketika ada pembajakan.
membuktikan keelitannya bila Presiden Soeharto dan
Panglima ABRI, saat itu, tidak memberi kepercayaan kepadanya. Karena
Soeharto dan Panglima ABRI memberi kepercayaan kepada Kopassus, maka
pasukan elit itu terbukti tangguh di lapangan, tidak hanya tangguh saat
pertunjukan atau tangguh ketika hanya melawan teroris kelas kampung.
Bila detasemen khusus berhasil dalam operasi pembebasan sandera kapal Sinar Kudus,
Sampai sekarang TNI tetap disegani didunia, banyak tentara-tentara elit negara maju berbondong-bondong datang dan latihan bersama dengan TNI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar